Selayaknya pekerjaan seharusnya ada kenaikan. Jika kedudukan tidak bertambah, seenggaknya penghasilan yang bertambah. Tetapi kebenaran di sini kamu kurang mujur. Telah lama bekerja, tetapi kedudukan atau gajimu masih begitu saja. Rekan lain mulai nyicil mobil, kamu masih engap-engapan bayar kost. Seseorang juga bingung mengapa kamu masih bertahan?
Jika mengikuti isi hati sich maunya pengin menjawab: “Hidup-hidupku, yang kerja saya, yang terima gaji saya, mengapa kamu yang ribut?”. Hipwee tahu kok bagaimana nyesaknya dikasih pertanyaan yang mengusik pemikiran dan mengganggu harga diri seperti itu. Tetapi menjawab demikian cuman akan mengadu domba jalinan. Jadi agar pertemananmu terselamatkan sekalian emosimu dapat diredakan, masih rileks, dan gunakan satu dari pilihan ini. Yok, mulai!
Mengikuti kata hati, ya siapa yang tidak ingin upah tinggi? Tetapi seluruh orang tentu memahami jika cari pekerjaan tidak segampang cari pakaian di pusat belanja. Sia-sia ‘kan resign saat ini jika kamu belum punyai sumber pendapatan baru? Memangnya angsuran-cicilan itu dapat lunas sendirinya. ‘Kan angsuran tidak dapat dihapus dengan sama-sama maafkan waktu lebaran, tetap harus dibayarkan.
Upah bisa kecil. Tetapi minimal gizimu terjaga dengan menu makan siang kantor yang selalu komplet karbohidrat, sayur, dan lauk-pauk. Kasus porsi makan siang dari kantor ini memberimu beberapa keuntungan. Pertama, terang kamu tidak perlu keluar uang kembali untuk beli. Ke-2 , untuk anak kost yang terlatih makan sendiri, makan bersama rekan-rekan sekantor tentu lebih asyik ‘kan? Yah, walau receh, minimal kamu punyai argumen, begitu saja~